Kapitalisme Mengambil Alih Kendali atas Hidup Kita Secara Perlahan

Saya yakin hampir semua dari kita paham bahwa kapitalisme adalah sistem ekonomi yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi sehari-hari. Namun, seiring berjalannya waktu, sistem kapitalisme ini juga mulai mempengaruhi aspek lain di luar kegiatan ekonomi, seperti cara kita bekerja, berkomunikasi, bahkan berpikir.

Contoh gampangnya, kalau kamu buka sosial media, entah itu TikTok atau Instagram, pasti selalu ada orang yang pamer gaya hidup mewah—entah itu pakai mobil mahal, punya rumah seperti istana, atau liburan ke luar negeri. Padahal, realitanya, kapitalisme memanfaatkan popularitas mereka agar kita berpikir untuk mengikuti gaya hidup tertentu dan terdorong untuk meniru mereka. Lucunya, sistem kapitalisme seperti ini sangat laku dan bahkan berhasil mengubah cara pikir masyarakat bahwa kebahagiaan dan kesuksesan harus terlihat mewah.

Kamu pasti pernah dengar orang yang stres karena standar hidup yang mereka inginkan tidak tercapai, padahal mungkin target itu tidak realistis atau tidak terlalu penting bagi hidup mereka. Kenyataannya, semua yang ada di media sosial itu hanyalah kebohongan. Kamu tidak tahu latar belakang kehidupan mereka sebelumnya atau proses yang mereka jalani. Namun, itu semua dibungkus dengan konten yang seolah-olah menunjukkan bahwa mereka sukses dari nol.

Kita hidup di era modern di bawah kapitalisme, di mana aktivitas pertama yang sering dilakukan masyarakat setelah bangun tidur adalah mengecek handphone untuk melihat notifikasi yang baru masuk. Secara tidak sadar, hal ini membuat kita langsung bereaksi dan menjadi ketergantungan. Bandingkan dengan zaman dulu, ketika orang bangun tidur, mereka mungkin akan membuat sarapan atau berbicara dengan keluarganya.

Saat ini, kontrol kapitalisme sebenarnya tidak membutuhkan banyak usaha—hanya bermodalkan handphone dan internet, keputusan kita bisa dikendalikan. Mereka mengumpulkan data pribadi kita yang kemudian diolah agar mereka bisa menargetkan apa yang kita butuhkan dan menentukan informasi apa yang kita akses.

Kapitalisme saat ini tidak hanya sampai di situ. Pendidikan, kesehatan, dan cara kita bekerja pun benar-benar dipengaruhi oleh kapitalisme, dan kita dibuat seolah-olah tidak memiliki pilihan lain. Dalam jangka panjang, saya yakin ini bisa merusak mental masyarakat. Hal ini tentu saja menimbulkan pertanyaan: seberapa dalam pengaruh kapitalisme ini sebenarnya?

Nah, makanya di artikel kali ini, saya ingin membahas bagaimana kapitalisme perlahan mengontrol hidup kita. 

Jebakan Kapitalisme


Salah satu cara kapitalis mengontrol hidup kita adalah dengan membuat semua orang di dunia ini ketergantungan terhadap kebutuhan utama kita, yaitu energi listrik. Energi listrik saat ini bukan hanya digunakan untuk kebutuhan dasar seperti lampu dan alat rumah tangga, tetapi juga digunakan untuk segala hal yang berkaitan dengan teknologi, terutama kendaraan listrik yang sekarang sedang ramai di masyarakat.

Dari awal munculnya teknologi ini, sudah terlihat jebakan kapitalisme yang dibuat oleh tokoh besar, salah satunya adalah Elon Musk. Elon Musk ini awalnya membuat inovasi lewat perusahaannya bernama Tesla. Tesla diklaim sebagai kendaraan masa depan yang lebih ramah lingkungan, lebih hemat biaya, dan pastinya perusahaan yang paling fokus pada kendaraan listrik. Karena nama Tesla naik daun, semua perusahaan otomotif di dunia ikut-ikutan memproduksi kendaraan listrik juga.

Di Indonesia sendiri, kendaraan listrik sudah mulai menjamur. Mungkin Kamu nggak akan merasakan efek sampingnya dalam waktu dekat, karena banyak orang menganggap ini sebagai kemajuan. Namun, kalau Kamu lihat dalam jangka panjangnya, entah itu 10 sampai 20 tahun ke depan,Kamu baru akan merasakan bahwa kebutuhan dan kegiatan kita semuanya bergantung pada energi listrik.

Enggak ada yang bisa memastikan apakah ini aman-aman saja. Bisa saja, suatu saat nanti, ada masalah dengan energi listrik, dan kehidupan di dunia ini benar-benar bisa berhenti. Para kapitalis hanya membutuhkan sentuhan jari untuk mengontrol hidup kita. Logikanya, enggak mungkin mereka membuat suatu proyek tanpa ada benefitnya dan tanpa bisa mengontrol hidup kita, karena di era kapitalisme, para kapitalis menciptakan sesuatu atas dasar kepentingan.

Sekarang, mungkin yang sedang gencar adalah mobil listrik. Tapi, bayangkan kalau teknologi ini merambah ke bidang lain yang juga bergantung pada listrik. Secara enggak langsung, hampir semua kegiatan kita akan bergantung pada listrik. Para elit yang sudah menyiapkan ini dari awal akan memiliki kendali sangat besar terhadap listrik, yang sudah menjadi kebutuhan kita.
Ini sama halnya dengan para elit yang memiliki kuasa terhadap kontrol keuangan. Kita terpaksa harus bekerja di tempat yang mungkin kita tidak suka hanya untuk mendapatkan uang. Sedangkan, kalau kita lihat, uang itu dicetak oleh manusia juga. Otomatis, para elit ini punya kuasa untuk mengontrol hidup kita dengan uang yang mereka kendalikan.

Makanya,Saya Sendiri sebenarnya ada rasa khawatir. Apalagi di Indonesia, kita punya sumber daya alam yang melimpah untuk mendukung teknologi listrik. Tapi, masih banyak oknum pemerintah yang egois untuk keuntungan mereka sendiri. Padahal, kalau semua ini benar-benar terjadi,Saya Yakin kemiskinan di dunia ini akan semakin bertambah, dan hidup kita semakin tidak bisa lepas dari kontrol mereka.

Digital Obsession


Meskipun sebagian orang di dunia ini tidak menyadari, faktanya, kapitalisme mengontrol kita secara tidak langsung melalui platform sosial media seperti TikTok, YouTube, Instagram, dan aplikasi lainnya. Para kapitalis ini memanfaatkan algoritma media sosial supaya mereka tahu apa yang kita butuhkan dan apa yang membuat kita betah berlama-lama di depan layar handphone. Lama-kelamaan, hal ini bisa jadi kecanduan, karena waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk hal produktif malah habis begitu saja untuk scrolling tanpa tujuan.


Apalagi, ketika aku sudah capek bekerja atau sekolah, hampir semua orang ingin melihat hiburan di media sosial untuk menghilangkan stres. Sebenarnya, itu wajar-wajar saja. Tapi, ya itu tadi, kalau sampai kecanduan, hidup Kamu akan sulit berkembang karena Kamu enggak bisa berpikir di luar kotak. Ditambah lagi, sekarang AI sudah berkembang banget, jadinya orang semakin malas untuk berpikir dan berinovasi.

Itulah rencana yang diinginkan oleh kapitalis, supaya Kamu nggak kritis terhadap rencana-rencana mereka. Mereka ingin hidup Kamu berputar-putar di situ saja: bekerja, pulang, scrolling sosmed, tidur, dan seterusnya. Mereka takut ketika kita mulai berpikir. Makanya, algoritma yang diberikan kepada kita mengarahkan kita pada konten-konten yang tidak jelas. Karena mereka nggak mau kalau kita mulai berpikir.

Lihat saja konten-konten di sosmed sekarang, banyak yang nggak bermutu, seperti bikin drama, tren tidak jelas, bahkan sampai muncul istilah standar TikTok karena saking banyaknya orang yang terjebak dengan hal ini. Masalahnya, nggak semua orang bisa menyaring mana yang benar dan mana yang buruk untuk dikonsumsi. Apalagi, banyak orang sekarang yang mudah terpengaruh oleh konten tidak jelas. Efek sampingnya bisa jadi ganda: fokus teralihkan oleh sosmed, dan mereka jadi kesal sendiri karena terlalu sering terpapar konten pembodohan.

Matchos ini sering banget bikin orang merasa insecure karena mereka membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan orang lain yang kelihatannya sempurna. Padahal, kalau kita renungkan, titik awal kita berbeda-beda, dan proses kita pun jelas akan berbeda. Sebenarnya, tren-tren di sosial media itu secara tidak langsung memperbudak diri kita untuk selalu ikut dari satu tren ke tren lainnya. Alhasil, kita akan capai sendiri memaksakan suatu hal hanya untuk mengikuti tren terkini.

Makanya, satu-satunya cara untuk keluar dari lingkaran ini adalah dengan lebih bijak ketika menggunakan sosmed, dan kalau bisa, lebih banyak meluangkan waktu untuk hal-hal yang lebih bermanfaat.

Penutup


Memang nggak bisa dipungkiri, di era digital sekarang ini, sulit banget untuk sepenuhnya terhindar dari pengaruh kapitalis, karena teknologi dan media sosial sudah menjadi bagian yang tidak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari. Tapi, terlepas dari itu semua, bukan berarti kita cuma bisa pasrah dengan situasi seperti ini. Sebagai individu,Kamu Harus bisa lebih bijak dalam memilih apa yang ingin dikonsumsi dan juga lebih waspada ketika menggunakan teknologi. Jangan sampai nantinya Kamu jadi seperti robot yang hanya mengikuti apa yang disuruh pemiliknya tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjangnya.

Kalau Kamu nggak mau terjebak dalam sistem kapitalis seperti ini, sebenarnya caranya simpel banget.Kamu cuma butuh pikiran netral sebelum memutuskan untuk ikut tren di media sosial. Setidaknya, pertimbangkan dulu apakah barang yang Kamu inginkan itu benar-benar penting buat Kamu, atau cuma sekedar memenuhi hasrat supaya mendapat validasi dari orang lain.

Namun, di tengah dinamika kapitalisme ini, menurut saya, ada sisi positifnya yang bisa kita nikmati. Contohnya seperti Saya bahas tadi, perkembangan mobil listrik. Inovasi ini sebenarnya bagus banget, karena emisi yang selama ini banyak dikeluarkan oleh kendaraan konvensional setidaknya mulai berkurang. Selain itu, yang tadinya semua orang bergantung pada bahan bakar fosil untuk kendaraannya, sekarang punya opsi lain yang lebih ramah lingkungan.

Jadi, walaupun kapitalisme orientasinya selalu mengarah pada keuntungan, setidaknya mereka menunjukkan dampak positif yang bermanfaat buat lingkungan dan masyarakat. Kalau Kamu bilang kapitalis itu jahat bahkan selalu mengambil alih hidup kita, ya memang Kamu harus menerima kenyataan pahit itu, karena kapitalis ini selalu memberikan solusi yang benar - benar dibutuhkan oleh masyarakat. 

Pada akhirnya semua keputusan itu kembali kepada tangan masing-masing, karena walaupun kapitalis bisa mengontrol hidup kita, cuma diri kamu sendiri yang bisa memiilih, mau memanfaatkan teknologi ini dengan positif atau malah sebaliknya, kamu malah ikut harus negatif dengan jalan rutinitas yang buang-buang waktu sehingga hidup kamu gampang dimainkan oleh sama Para kapitalis.

Kalau menurut kamu gimana sih cara kapitalis ini mengontrol hidup kita? coba tulis di kolom komen!
Read Also
Post a Comment